jam digital

Rabu, 16 Maret 2016

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA
Saya mengerjakan Blog ini untuk memenuhi Tugas TIK.
Selamat membaca !


KERAJINAN TEMBAGA & PERAK
            Kerajinan tembaga dan perak adalah sebuah kerajinan yang cukup terkenal di daerah Gunungkidul, terutama di daerah dusun Blekonang, Tepus, Tepus, GK. Sebagian besar warga di daerah ini bermata pencaharian sebagai pengrajin Tembaga dan Perak. Pekerjaan ini berawal pada saat mereka merantau di daerah Kotagede, dan pada saat itulah mereka mengenal Kerajinan yang berbahan dasar dari tembaga, perak, dan kuningan. Setelah dikira sudah menguasai teknik-teknik dalam membuat kerajinan tembaga dan perak, mereka melanjutkan usahanya di daerahnya. Salah satunya di daerah dusun Blekonang, Tepus, Tepus, GK.
Kerajinan ini sangat diminati oleh banyak orang bahkan turis-turis dari berbagai negara. Penjualan kerajinan ini sudah memasuki pasar ekspor. Kerajinan ini banyak diminati banyak orang karena memiliki seni yang cukup tinggi. Dalam proses pembuatan kerajinan ini cukup memakan waktu cukup lama, dari pembentukan pola sampai akhirnya ditahap terakhir yaitu merendam kerajinan tersebut ke dalam obat pemutih khusus
 Kerajinan ini dihargai mulai dari Rp 5.000 - jutaan Rupiah, tergantung ukuran dan kerumitan dalam pembuatan.
            Adapun macam-macam kerajinan ini yaitu berupa :
1)      Assesoris: Bros, anting, cincin, gelang, kalung, dsb.
2)      Hiasan dinding
3)      Berbagai miniatur

SEJARAH KERAJINAN PERAK KOTA GEDE

Sejarah Kerajinan perak kota gede dulu berasal ketika Panembahan Senopati di Mataram (Kota Gede) memerintahkan abdi dalem kriya membuat perhiasan dari emas dan perak, Bagaimana jika tidak? mungkin saja Kotagede tidak akan pernah mendapat julukan sebagai Kota Perak. Andai kata pihak keraton Yogyakarta, terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, tidak terpikat dengan hasil kerajinan logam berciri tradisional hasil sentuhan tangan abdi dalem kriya Kotagede, mungkin kilap perak sudah lama terbenam di antara rumah joglo (lambang kejayaan kekuasaan tradisional Jawa) dan rumah loji (dengan ciri seni bangunan Eropa sebagai lambang kejayaan para pedagang atau pengusaha pribumi yang berhasil).
Argentum (Latin), itulah asal kata perak, sehingga dalam ilmu kimia, perak ditandai dengan lambang Ag (dengan nomor atom 47). Perak dimanfaatkan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok garpu, bahkan menyeruak dalam pembuatan bantalan mesin pesawat terbang. Di Indonesia, kerajinan perak berkembang pesat di Kotagede. Menurut catatan Djoko Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini setidaknya ditandai dengan sebutan lain untuk kota ini, yaitu Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai ‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Selain itu, sebagai pusat perdagangan barang-barang kerajinan, nama-nama wilayah di Kotagede pun berkaitan erat dengan nama usaha kerajinan yang ada: Samakan (tempat tinggal para pengrajin kulit), Sayangan (tempat tinggal para pengrajin barang dari tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi) dan sebagainya.
Munculnya kerajinan perak di Kotagede bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940-an dengan munculnya perusahan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru.
Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak. Barang-barang tersebut berupa tempat lilin, perabotan makan minum, piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa ber motif khas Yogyakarta didominasi bentuk daun-daun, bunga, dan lung (sulur). Ternyata pesanan itu diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu berbagai order berdatangan dengan jumlah yang terus melambung. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, pemerintah Hindia Belanda mendirikan satu lembaga khusus, yaitu Stichting Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (disebut juga Pakaryan Ngayogyakarta). Lembaga ini memberikan pelatihan tentang teknik pembuatan kerajinan perak dan pengembangan akses pasar. Kegiatannya antara lain mengikuti Pekan Raya di Jepang tahun 1937 dan di Amerika tahun 1938.

CONTOH-CONTOH SOUVENIR PERAK

Contoh-contoh souvenir dari perak 

Berikut contoh-contoh souvenir dari perak :
1.)
2.)
3.)
4.)

CONTOH CINCIN AKIK PERAK

CONTOH-CONTOH CINCIN AKHIR PERAK

Berikut contoh-contoh cincin akik dari perak :
1.)
2.)
3.)

4.)

Minggu, 06 Maret 2016

CONTOH GELANG PERAK

CONTOH-CONTOH GELANG DARI PERAK

Berikut contoh-contoh gelang dari perak :
1.)
2.)
3.)
4.)

CONTOH KALUNG PERAK

CONTOH-CONTOH KALUNG DARI PERAK

Berikut contoh-contoh kalung dari perak :
1.)
2.)
 
3.)

CONTOH CINCIN PERAK

CONTOH-CONTOH KERAJINAN CINCIN PERAK
Berikut contoh-contoh cincin perak :
1.)Cincin Cewek
2.)Pill bok
3.)Batu Akik







CONTOH BROS PERAK

CONTOH-CONTOH BROS PERAK

Berikut contoh-contoh kerajinan bros dari perak :
1.)Bros Bunga dan kupu-kupu
 2.)Bros Berbentuk orang menari
 3.)Bros Berbentuk Hewan
 4.)Bros berbentuk Bunga
 5.)Bros berbentuk hewan